KEPADA SIAPA ISLAM DITUJUKAN, MEMPERBAIKI KESALAHAN DALAM MENGOLAH ISI ALQURAN
(tulisan saya dalam keadaan belum selesai, harap maklum)
Pendahuluan
Selama ini kita
mempelajari bahwa untuk mempelajari alquran dan mengkaji islam harus selalu
berkiblat kepada sumber nya yaitu budaya arab saja. Islam yang kita kaji selama
ini terlalu arab-sentris. Faktanya alquran yang merupakan karangan Allah SWT
ditujukan kepada seluruh umat manusia maka amat logis jika kitab ini ditujukan
juga kepada umat yang menolak keberadaan Tuhan
seperti paham atheis dan agnostik. Mengkaji dan meneliti alquran hanya
berdasarkan kepada sumber datangnya alquran yaitu budaya dan bahasa arab akan menghilangkan banyak aspek-aspek penting
yang justru dibawa oleh alquran itu sendiri untuk umat manusia.
Alquran adalah
kitab yang unik karena Allah lah yang mengarang kitab ini, jika kita
mempelajari suatu materi informasi apakah itu berasal dari bukti arkeologis,
peninggalan suatu kebudayaan masa lalu atau pemikiran jenius seseorang tokoh maka kita harus pergi menuju langsung ke sumber materi informasi itu
berasal. tetapi alquran sangat berbeda jika kita mengkaji alquran hanya dari
sumber arab nya saja tempat asalnya alquran kita justru akan kehilangan banyak makna
penting yang harusnya kita dapatkan dalam alquran, kenapa Alquran bisa begitu
unik, karena isinya banyak memuat informasi yang bisa dipahami jika kita
mendalami seluruh pemikiran dan peradaban manusia. Untuk mengkaji dan
mempelajari alquran selain langsung dari sumber nya; budaya dan bahasa arab
kita juga harus banyak mempelajari dan mengetahui kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari berbagai
peradaban suku bangsa di bumi.
Alquran ditujukan kepada seluruh umat manusia sehingga
yang dibicarakan dalam kitab itu bukan hanya mengenai satu kelompok atau
populasi manusia tertentu yang terisolasi di waktu dan tempat tertentu dengan
kebudayaan tertentu pula, tapi yang dibahas dalam kitab tersebut adalah sebuah
masalah global yang menyeluruh, ruang lingkup cakupannya tidak dibatasi oleh
ruang dan waktu atau terikat kepada pada budaya tertentu dalam situasi
tertentu.
Selama ini kita selalu dicekoki bahwa untuk mengkaji dan
mempelajari alquran harus langsung dari bahasa dan budaya arab dan selalu merujuk
kepada pendapat ulama tokoh-tokoh arab. Pendapat itu sebagian ada benarnya Tapi adalah suatu kesalahan yang sangat fatal
jika muncul anggapan umum bahwasanya alquran menjadi milik monopoli masyarakat
arab. Seolah sumber ajaran islam tersebut menjadi terlalu arab sentris.
Ayat-Ayat Sains dengan pengkajian ilmiah
Ternyata banyak
ayat alquran yang hanya bisa dipahami kalau kita mau mengkaji dan telah
memahami sumber pengetahuan lain yang berasal dari sumber non arab yang jauh berbeda
dari budaya dan sastra arab. Beberapa ayat alquran begitu kaku dan sederhana(mukhamat)
dipahami sehingga orang yang hanya bisa membaca terjemahan nya saja sudah dapat
menangkap maksudnya, beberapa ayat yg lain hanya bisa dipahami lewat penafsiran
berdasarkan sastra arabnya, beberapa ayat yg lain dipahami lewat penafsiran
berdasarkan bidang disiplin ilmu yg terkait dengan masalah yg dibicarakan
didalam ayat tersebut(mutasyabih), beberapa ayat hanya bisa dipahami lewat sudut pandang
suatu kebudayaan masyarakat yang sangat jauh dari budaya arab!(mutasyabih, beberapa ayat
lagi hanya bisa dikaji lewat riset atau eksperimen lapangan!(mutasyabih) Dan banyak ayat
lain yang bisa di ketahui maksudnya dengan berbagai macam metodologi.
Beberapa contoh:
Dalam surat Al-Hadid ayat 25 :.......
Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat
dan berbagai manfaat bagi manusia......
kebanyakan sumber tafsir alquran pada masa dari era imam syafi’i sampai abad 19
hanya menafsirkan manfaat besi sebagai bahan pembuatan senjata dalam peperangan
yang artinya hanya berfungsi dalam segi militer. Sekarang kita mengetahui
dengan adanya sifat magnet pada besi dan kelimpahan jumlah besi di bumi telah
mengantarkan manusia ke zaman modern yang berbasis pada pengembangan teknologi
listrik. Hampir seluruh perangkat teknologi canggih saat ini berbasis pada
listrik. Kebanyakan sumber listrik dunia saat ini berasal dari konversi sumber
energi alam apakah sumber energi tidak terbarukan maupun yang terbarukan ke
energi listrik melalui mekanisme induksi elektromagnetik yang artinya peran
magnet sangat vital disini. Kebanyakan
magnet yang dibuat manusia hampir seluruhnya berasal dari unsur kimia besi.
Memang ada magnet yang berasal dari neodmnium tapi jumlahnya tidak ekonomis
berbeda dengan besi yang merupakan unsur ke-4 terbanyak di bumi dan dapat
ditemukan diseluruh kerak bumi, sehingga secara praktis kebanyakan magnet
terbuat dari besi atau berbahan dasar besi. Sehingga penafsiran surat Al-hadid,
25 :........ Dan Kami ciptakan besi yang padanya .................berbagai
manfaat bagi manusia............. sebenarnya Allah SWT sedang membicarakan
peradaban modern yang di alami oleh umat manusia. Disini tampak bahwa penafsiran
alquran wajib melibatkan bidang disiplin ilmu alam yang terkait dengan masalah
yang sedang dibicarakan. Menafsirkan ayat alquran hanya berpusat kepada bahasa
dan sastra arab saja akan membuat makna dan pesan dalam ayat tersebut menjadi
melenceng jauh dari pesan sebenarnya yang disampaikan ayat tersebut. Masalah
tersebut adalah contoh ada ayat yang terkait dengan masalah sains fisika tidak
bisa ditafsirkan tapi di teliti lewat metode riset dalam bentuk riset-riset
empiris. Lalu bagaimana dengan ayat yg lain membicarakan tentang masalah
non-sains.
Peradaban Islam Non Arab
Beberapa ahli
tafsir quran mensyaratkan untuk menangkap makna dalam pesan yang dibawa dalam
ayat alquran tersebut penafsir harus mengetahui dan memahami dulu kebiasaan
masyarakat arab disertai dengan budaya mereka. Mari kita lihat kembali sejarah
di masa keemasan islam hingga peradaban modern saat ini. Ketika islam menguasai
wilayah persia hingga benua eropah, lahir banyak dinasti kekaisaran muslim yang
membuat peradaban hebat dimana banyak terjadi perkembangan cepat dalam berbagai
bidang ilmu pengetahuan sehingga berimplikasi kepada perkembangan dan perluasan
kebudayaan islam diluar jazirah arab
kemakmuran di bidang ekonomi dan perluasan wilayah. Tapi aneh nya peradaban
keemasan islam tidak tumbuh dan tidak terjadi di wilayah jazirah arab tempat
alquran tersebut berasal!. Justru peradaban emas itu tumbuh di wilayah persia
berpusat di baghdad dan spanyol eropah, tempat dimana ayat alquran sebagai
sumber pokok pertama ajaran islam menjadi pedoman bagi peradaban bangsa non arab. Banyak pertanyaan
yang muncul disini:
1. kenapa justru bangsa yang bukan arab jauh lebih berhasil membuat
peradaban maju ketika mereka diatur oleh alquran?
2. apakah penafsir yang berasal dari masyarakat arab gagal dalam
menarik dan menjadikan ayat alquran sebagai pedoman hidup masyarakat islam.
3. apakah pengkajian dan penafsiran alquran menjadi hak monopoli kebudayaan masyarakat arab saja.
4. mungkinkah menafsirkan alquran dengan “membawanya keluar” dalam
arti untuk bisa mengkaji dan menafsirkan alquran, si penafsir juga perlu
mengetahui dan memahami kebudayaan, peradaban dan kebiasaan dari masyarakat
yang bukan arab di belahan bumi yg lain.
Sampai disini
terdapat indikasi bahwa hanya sebagian dari total isi alquran yang bisa
dipahami dan ditangkap maknanya jika hanya dikaji dan dilihat dari sudut
pandang kebudayaan masyarakat arab dan timur tengah. Sebagian ayat yg lain
harus dilihat dan dikaji dari sudut pandang masyarakat non arab. Sepertinya
jika alquran bersentuhan dengan peradaban dan kebudayaan masyarakat yang baru
maka alquran akan memberi dasar baru bagi corak perkembangan peradaban dan
kebudayaan tersebut dan perkembangannya sangat berbeda dengan corak kebudayaan
masyarakat arab, tempat asal datangnya
kitab Alquran.
Ayat Yang Ditafsirkan Menurut Dunia Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Dalam alquran
terdapat kata “unzhurna, ra’ina” yang berarti “memperhatikan”, “apakah
kamu tidak memperhatikan”, tidak ada ahli tafsir masa lalu yang mengkaitkan
kata ini dengan kegiatan penelitian seperti sebuah observasi atau pengkoleksian
data melalui pengamatan. Melihat keberhasilan masyarakat non muslim dan non
arab yang telah berhasil dalam membuat kemajuan dunia ilmu sains dan sosial
dengan beragam metode ilmiah yang secara tidak langsung telah membuktikan
kebenaran alquran justru merekalah pihak yang paling berhasil dalam menangkap
makna dari kata tersebut dibandingkan dengan umat muslim sendiri terutama
masyarakat muslim arab. Pertanyaan pun muncul: bukankah seharusnya kata
tersebut harus diterjemahkan dan ditafsirkan dengan mendalami dan memahami
kebiasaan seorang peneliti dalam masyarakat Ilmiah.
Pertanyaan yang
lain pun muncul, bagaimana kita bisa mengetahui metode untuk mengkaji dan
menangkap pesan dalam alquran tersebut. mengetahui bahwa kita menggunakan
metode yang benar untuk mengetahui isi Alquran. Dalam dunia penelitian berarti
kita perlu menguji kapabilitas, validitas dan reliabilitas suatu metode untuk
menganalisa isi alquran. Hal ini tentu saja dapat menjadi suatu kritikan dan
pengujian terhadap metode tafsir dari ahli tafsir masa lampau dalam mengolah
isi Alquran menjadi sumber pokok pertama ajaran islam.
Dalam alquran
terdapat kalimat “ulul albab” bisakah kalimat tersebut di kaitkan dengan
makna logika atau sesuatu pemikiran yang sistematis dan logis seperti filsafat ilmu
yang mendasari ilmu pengetahuan ilmiah saat ini ? Amat ironis jika alquran sedang membicarakan
sesuatu tentang filsafat ilmu dan logika
justru kebanyakan ulama islam sekarang menjauhi nya dalam setiap
tulisan-tulisan dan pemikiran mereka.
Mengkaji Alquran Dengan Membawanya Keluar Dari Sumber Asalnya
Ketika zaman keemasan
islam sedang berlangsung di eropah dan persia, pada saat itu ajaran islam
bersentuhan langsung dengan peradaban
dan warisan pengetahuan dari yunani kuno. Seperti sistem logikanya
aristoteles, filsafat politik plato, pemikirannya socrates dan banyak pemikiran
filsafat tokoh yunani. Banyak ilmuwan muslim pada zaman keemasan islam yang
mengikuti, melanjutkan dan mengembangkan pemikiran-pemikiran dari tokoh-tokoh
yunani tersebut. Kita tidak pernah mendengar adanya warisan ilmu pengetahuan
yang berasal dari peradaban masyarakat arab yang ketika bersinggungan dengan
alquran akan menghasilkan sebuah peradaban emas di tanah jazirah arab.
Kebanyakan ilmuwan
dan tokoh muslim pada zaman keemasan islam mengadaptasikan peradaban dan
pemikiran di tempat dimana ajaran islam akan berkembang dan disebarkan. Dinasti
abbasiyah mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memasukkan pemikiran yunani dan
nishapur ke perbendaharaan ilmu pengetahuan mereka, dinasti ummayah di eropa
juga melakukan hal yang sama. Mereka tidak menggunakan pemikirannya tokoh-tokoh
dari masyarakat arab dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Tapi mereka
menggunakan alquran sebagai pedoman dalam mengadaptasikan warisan pengetahuan
yunani kuno dan persia untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan mereka.
Alquran Membuka Dialog Dengan Sistem Filsafat Atheisme-Materialisme
Beberapa ayat
alquran juga berbicara tentang pemikiran-pemikiran yang berdialog dengan
pemikiran asing yang bertentangan dengan konsep teologis yang dibawa oleh
alquran itu sendiri. Alquran memberi ruang bagi terjadinya dialog dengan
pemikiran yang bersebrangan dengan nya. Contoh :
Konsep moral tuan atau moral budak versus moral khalifah dan moral
hamba.................(bersambung)
Ayat-Ayat Dalam Alquran Yang Menjadi Teka-Teki Untuk Dipikirkan.
Ada beberapa ayat
dalam Alquran yang tidak bisa ditafsirkan secara tekstual maksud dan tujuannya
tapi hanya bisa dicari kebenaran maksudnya dengan jalan diteliti lewat metode
logika dan lewat sudut pandang aspek psikologi perilaku manusia beberapa diantaranya :
1.
apa saja
kekeliruan yang dibuat nabi musa dalam surat al-kahfi?
2.
mengapa Allah
hanya membatasi rujuk setelah thalaq hanya 2 kali tapi untuk rujuk yang ketiga
hanya diperbolehkan jika si wanita sudah menikah dan berhubungan suami-istri
dengan laki2 lain lalu laki2 tersebut menceraikannya?
3.
apakah iblis
itu malaikat atau jin?
4.
Kenapa didalam Alquran
Allah tidak memberi perintah hukuman mati kepada pelaku zina dan tidak memberi
perbedaan hukuman cambuk baik kepada pelaku yang sudah menikah atau belum
menikah?
Dimulai dengan
pertanyaan pertama, berikut kutipan ayat Alquran tentang kisah Nabi Musa dalam surat
al-kahfi :
Nabi Musa sebelum bertemu dengan orang cendikiawan :
60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku
tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan;
atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun."
61. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut
itu.
62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada
muridnya: "Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa
letih karena perjalanan kita ini."
63. Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan
tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya
kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali."
64. Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Dalam beberapa hadis juga disebutkan Allah
menjadikan seekor Ikan yang dibawa bersama bekal Nabi Musa sebagai penanda
lokasi tempat pertemuan dengan cendikiawan tersebut yaitu berlokasi di
pertemuan 2 buah lautan. Disini Nabi Musa melakukan 3 kekeliruan dengan fokus
untuk mencari lokasi pertemuan 2 laut sementara beliau sendiri sama sekali tidak
tahu dimana lokasi tersebut apakah memang ada pertemuan 2 lautan pada saat itu
dan beliau tidak memperdulikan atau lalai terhadap kondisi ikan tersebut
padahal ikan tersebutlah yang menjadi semacam “alarm” atau penanda yang
menunjukkan lokasi tersebut. ini ibarat : anda diminta teman anda untuk pergi
menuju ke suatu alamat lokasi rumah(rumah nya memang belum dibangun di lokasi
tersebut). Lokasi rumah itu ditunjukkan oleh koordinat pada GPS yang anda bawa.
Selama dalam perjalanan anda tidak memperhatikan perangkat GPS anda. Anda hanya
mengandalkan pengetahuan geografis tentang wilayah tersebut dan bentuk rumahnya. seharusnya anda juga memperhatikan
perangkat GPS tersebut karena perangkat itulah yang menjadi penunjuk jalan
anda. Karena rumah itu belum dibangun anda tidak bisa menemukan dimana lokasi
rumah tersebut tapi anda tidak bisa lantas menyalahkan teman anda salah sebab
metode yang anda gunakan untuk menemukan rumah itu juga salah (dengan hipotesis : pertemuan dua lautan yang
dimaksudkan Allah adalah laut merah dengan laut tengah atau terletak di lokasi terusan
suez yang baru muncul berabad-abad setelah peristiwa tersebut).
kesalahan berikutnya beliau akan terus menerus berjalan jika belum
ketemu lokasi pertemuan tersebut. bisa kita bayangkan jika beliau sudah
melewati lokasi tersebut tanpa beliau sadari mungkin beliau akan berjalan
selamanya seumur hidupnya tanpa pernah tahu dimana lokasi tersebut. seharusnya
beliau mempergunakan cara lain ketika beliau sadari satu cara telah gagal, bukannya meneruskan dengan cara yang sama. (Kritikan terhadap
sifat tidak sabar manusia dalam proses perjalanan spiritual
ketika mereka berusaha mengungkapkan keberadaan Tuhan).
bahkan ditengah perjalanan beliau dan muridnya akan memakan Ikan
tersebut(dengan asumsi bahwa bekal makanan yang diminta nabi Musa kepada
muridnya adalah termasuk Ikan tersebut). ini ibaratnya anda berjalan melewati
malam yang gelap anda dibekali lampu minyak, minyak dalam lampu hanya cukup
digunakan untuk memberi penerangan selama perjalanan, lalu ditengah jalan anda
mempergunakan minyak pada lampu tersebut untuk memasak sehingga lampu tersebut
kehabisan minyak dan anda tidak dapat melakukan perjalanan dalam kegelapan,
sementara lokasi tujuan anda masih jauh atau belum sampai akibatnya anda tidak
akan pernah sampai ketempat tujuan anda.
Dalam kisah tersebut juga terdapat pelajaran penting ketika nabi
Musa meminta bekal kepada Muridnya, si Murid ini baru teringat tentang
hilangnya ikan tersebut. Hal ini
menunjukkan sifat alami yang terjadi pada cara kerja ingatan manusia.
Umumnya kita bisa mengingat informasi tentang hal yang kita lupakan ketika
hal-hal tersebut baru kita butuhkan atau hal tersebut merupakan hal penting
yang sifatnya mendesak.
Contohnya waktu anda pulang kerja, lalu anda keluar dari kantor
menuju ke tempat parkir kendaraan anda, tapi anda lupa membawa kunci kendaraan
anda dari kantor, umumnya anda baru teringat akan kunci itu ketika anda hendak
membuka pintu mobil anda atau menghidupkan sepeda motor anda atau ketika anda
hendak pergi menuju ke suatu acara yang membutuhkan tiket, anda lupa membawa
tiketnya, disepanjang perjalanan anda tidak mengingat tiket tersebut lalu
ketika tiba di depan pintu tempat acara tersebut anda baru teringat akan tiket
nya. Disini Allah mencoba menjelaskan kepada kita tentang hal yang sama mungkin
saja akan terjadi ketika umat manusia berada di hari kiamat ketika neraka
dinampakkan barulah kita akan teringat akan segala amal perbuatan kita di
dunia. Jadi permintaan Nabi Musa yang kelelahan kepada si Murid menjadi pemicu
ingatan sehingga muridnya ini mengingat kejadian hilangnya Ikan tersebut
sehingga dapat diduga Ikan tersebut akan dimakan oleh mereka berdua kalau ikan
tersebut belum mengambil jalan ke laut. Filsafat
positivisme logis berpegang pada anggapan bahwa pernyataan atau pendapat yang
bermakna adalah yang dapat dibuktikan secara empiris, tapi bagaimana jika
metode pembuktian untuk membuktikan
makna tersebut belum ditemukan pada saat itu. Fakta tidak mungkin berubah,
hanya karena metode ilmiah untuk membuktikan belum ada bukan berarti kebenaran
dari fakta tersebut dianggap tidak ada. Hal ini mirip dengan orang buta yang
ingin menilai sesuatu itu ada apa tidak.
Hanya karena dia tidak bisa melihat tidak berarti dia bisa mengatakan benda
yang dihadapan nya tidak ada lalu setelah dia melihat lalu dia mengatakan benda
yang dihadapannya itu ada. Yang seharusnya dikritik adalah metode yang
digunakannya untuk menilai kebenaran dari fakta tersebut. kritikan terhadap
metode ilmiah dalam penelitian untuk mengungkapkan kebenaran. Orang atheis suka
menyangkal keberadaan Tuhan dan membantah ajaranNya berdasarkan metode ilmiah
yang mereka pakai tapi apakah metode penelitian yang mereka pakai sudah valid
dan reliabel untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Filsafat positivisme
menganggap sesuatu itu bermakna (benar dan ada) jika dapat dibuktikan secara
ilmiah tapi apakah metode ilmiah yang mereka gunakan telah memenuhi persyaratan
sebagai sesuatu metode yang valid dan reliabel secara ilmiah dalam membuktikan
dan mengungkapkan kebenaran.
(bersambung, kritikan Allah terhadap cara pandang
filsafat positivisme terhadap alam
semesta dan menilai kebenaran).
b. Nabi Musa setelah bertemu orang cendikiawan :
65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba
Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah
diajarkan kepadamu?"
67. Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama aku.
68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"
69. Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai
orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun."
70. Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu
menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya
kepadamu."
71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki
perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu melobangi
perahu itu akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?" Sesungguhnya kamu
telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72. Dia (Khidhr) berkata: "Bukankah aku telah berkata:
"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku."
73. Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku karena
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku."
74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa
dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: "Mengapa kamu
membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan suatu yang mungkar."
75. Khidhr berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"
76. Musa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu
sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu,
sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."
77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi
penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan
dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan
dinding itu. Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah
untuk itu."
78. Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu;
kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak
dapat sabar terhadapnya.
79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang
bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan
mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80. Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang
mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu
kepada kesesatan dan kekafiran.
81. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka
dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam
kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
82. Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di
kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang
ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka
sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat
dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri.
Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar
terhadapnya."
...............(bersambung).
2.
mengapa Allah
hanya membatasi rujuk setelah thalaq hanya 2 kali tapi untuk rujuk yang ketiga
hanya diperbolehkan jika si wanita sudah menikah dan berhubungan suami-istri
dengan laki2 lain lalu laki2 tersebut menceraikannya?
Ayat ini sebenarnya sebuah tindakan dan sikap tegas dari Allah
kepada umat muslim yang kerjanya tukang kawin cerai sebagai hukuman agar mereka
mau berpikir. Pelaku kawin cerai sebenarnya sedang melecehkan Alquran. jika
seseorang melakukan perbuatan kawin cerai apa bedanya dengan perbuatan zina dan
yang hebat nya lagi perbuatan kawin cerai disini di sahkan dengan hukum
Allah.............jelas ini seperti mempermainkan hukum Allah dan Allah ingin
agar pelakunya berpikir bagaimana seandainya jika harga diri mereka yang
dilecehkan dengan membuat mereka hanya bisa balik ke mantan istri mereka yg
sudah mereka thalaq hingga 3x maka untuk rujuk yang ke 3 setelah mantan istri
mereka “dinikmati” oleh laki-laki lain dan laki-laki tersebut telah
menceraikannya secara suka rela. Jika kita hanya melihat penafsiran perintah
tersebut hanya menurut sudut pandang budaya arab saja kita tidak akan menemukan
maksud Allah SWT memberi perintah
tersebut. Kenapa, karena budaya masyarakat arab adalah budaya gurun pasir yang
keras dan kurang memahami tata krama yang lembut dan santun tapi jika kita
melihat dari sudut pandang budaya jawa yang memiliki budaya pamali yaitu memiliki rasa malu ketika
berbuat salah bahkan tanpa ditegur, maka kita akan memahami kenapa Allah SWT
memberi perintah demikian kepada pelaku kawin-cerai karena sebenarnya itu
adalah sebuah teguran sekaligus hukuman kepada pelaku kawin cerai agar mau berpikir bahwa perbuatan mereka adalah perbuatan yg telah melecehkan kitabullah. Sekarang Allah SWT ingin memberi pelajaran kepada pelakunya bagaimana rasanya kalau harga diri mereka sendiri yang dilecehkan dengan perintah tersebut? ...............(bersambung).
3.
apakah iblis
itu malaikat atau jin?
Terdapat banyak
sekali ayat dalam alquran yang menceritakan penggalan kisah sikap membangkang
iblis kepada Allah. Tapi dalam tiap ayat tersebut tidak disebutkan iblis
termasuk golongan jin atau malaikat hanya saja dari jalan cerita akan memberi
kesan seolah iblis termasuk dalam golongan malaikat. Ada satu ayat yaitu dalam
surah Al-kahfi yang langsung secara gamblang menyebutkan iblis adalah seorang
jin dan kalau dipikirkan lagi memang benar
iblis itu seorang jin karena hanya dia yang dapat membangkang perintah
Allah ketika seluruh malaikat mematuhi perintah Allah. Alasan logisnya malaikat
tidak memiliki kemampuan untuk menolak perintah Allah tapi Jin bisa, karena
mereka, jin itu memiliki tanggung jawab seperti manusia ketika mereka dihadapkan
oleh Allah pada hari kiamat dan memiliki potensi untuk memilih jalan yang baik
dan benar. Disini akal manusia ditantang untuk mengambil kesimpulan tepat. ketika dihadapkan pada ratusan kesimpulan
logis dalam mengolah ayat Alquran dan
manakala hasil kesimpulannya ternyata berhadapan dengan satu saja ayat Alquran
bagaimana kita mengambil keputusan. Ingat satu dalil harus menggugurkan ratusan
tafsiran yang dihasilkan dari kesimpulan logis.................(bersambung.
Kritikan dan perbaikan terhadap pengambilan kesimpulan dari penafsiran ayat
yang tergesa-gesa.).
4.
Kenapa didalam
Alquran Allah tidak memberi perintah hukuman mati kepada pelaku zina dan tidak
memberi perbedaan hukuman cambuk baik kepada pelaku yang sudah menikah atau
belum menikah?
Menurut ulama
zaman sekarang hukuman bagi pelaku zina ada 2 jenis. Hukuman bagi pelaku yang
belum menikah adalah cambukan dan pengasingan dan bagi yang sudah menikah
adalah rajam (dilempar batu hingga
mati). Hukuman cambuk diambil dari Alquran dan hukuman rajam diambil dari
hadist tapi kenapa dalam alquran Allah tidak memberi perbedaan hukuman baik
bagi yang belum dengan yang sudah menikah. Menurut kita bagaimana jika salah
satu dari pelaku penzina itu adalah pelaku yang telah menikah dan telah
memiliki anak. Ketika si pelaku mati di rajam kepada siapakah anak tersebut
akan diurus dan mendapatkan kasih sayang orang tua. Cabang ilmu psikologi
menyatakan anak-anak yang kehilangan orang tua ketika mereka masih kecil akan
mengalami gangguan pertumbuhan mental di masa dewasanya hal ini jelas akan
menambah masalah. Bagaimana jika si pelaku tersebut di beri tenggat waktu
hingga anak-anak mereka dewasa lalu pelaku tersebut dirajam hingga mati. Hal
ini juga akan terkena masalah baru karena tidak ada manusia yang secara normal
yang diberi amanat kewajiban untuk mengasuh keluarga dalam jangka waktu
tertentu lalu setelah itu mereka akan dibunuh(dirajam). Tentunya mereka akan
menyia-nyiakan amanat tersebut. karena bagi mereka, buat apa lagi mereka diberi
amanat/tugas kalau mereka akan mati pada
waktu yang telah ditentukan. Tapi jika mereka diberi garansi semacam jaminan
hidup jika mereka mau bertobat setelah mereka menjalani hukuman cambuk karena
berzina lalu mereka dapat membuktikan bahwa mereka akan memperbaiki diri dengan
merawat keluarga maka hukuman itu akan lebih efektif. Inilah hikmah kenapa
Allah tidak mengeluarkan perintah hukuman rajam bagi pelaku yag sudah menikah
dan tidak membedakan hukuman bagi pelaku zina.........(bersambung, pengambilan
keputusan hukuman ini dengan mempertimbangkan pihak-pihak yang terlibat dalam
lingkaran kejahatan tersebut selain dari efektivitas dalam mencapai tujuan
hukuman itu).
Masalah yg dihadapi
pada fenomena pertumbuhan jumlah
umat islam.
Ketika dunia saat
ini menghadapi laju pertambahan jumlah umat islam yang pesat setiap tahunnya.
Ada masalah lain yang dihadapi oleh umat islam yaitu budaya fobia seorang
muslim akan kebebasan berpikir dan pendaya gunaan logika dan pengkajian islam
dari aspek ilmu pengetahuan terutama pengkajian Alquran. Ironis ketika seorang
mualaf sebelum menemukan islam dia seorang individu yg kritis dan logis
sehingga menuntunnya menemukan kebenaran islam. Setelah dia masuk islam, dia
justru dijauhkan dan dihambat dalam menggunakan logika dan potensi intelektualnya
oleh budaya atau tradisi umum seorang muslim. Ada sesuatu yang penting, yang
berharga dalam mendukung keberadaan ajaran islam di negara barat. Mengapa laju
pertambahan jumlah orang non muslim yg masuk islam justru banyak terjadi di
negara-negara minoritas muslim dan didominasi oleh pengaruh hegemoni non muslim
bukan terjadi di negara-negara islam. Laju pertambahan jumlah mualaf jauh lebih besar di negara barat dibandingkan
di negara arab. Laju pertambahan ini justru terjadi ketika negara-negara barat
sedang gencar dalam menggambarkan islam sebagai agama teror. Hal ini karena
budaya kebebasan intelektual seperti pendayaan gunaan logika dan sains sangat
pesat di negara barat sehingga penduduknya memiliki kebebasan lebih besar dalam
usaha mencari kebenaran dan panduan hidup. Berbeda dengan apa yg terjadi di
negara muslim yg justru kebebasan intelektual dikekang. Fenomena yang ironis
mungkin saja terjadi jika negara barat secara tidak sadar mendukung pertumbuhan
dan perkembangan islam dengan budaya kebebasan intelektualnya justru di negara
islam ajaran islam dihancurkan lewat budaya fanatismenya dan rasa fobia
terhadap kebebasan intelektual. Jadi sebenarnya solusi yang seharusnya
diambil demi mempertahankan keberadaan islam itu sendiri adalah dengan memperkuat
eksistensi negara yang memusuhi islam itu sendiri sehingga dengan begitu keras
dan besarnya serangan terhadap islam akan membuat umat islam sadar bahwa mereka
dalam kondisi terpuruk. Seiring dengan laju pertumbuhan populasi umat islam
yg begitu pesat ternyata penyakit kebodohan ini dalam tubuh umat islam juga
semakin berkembang dan parah. Jika
awalnya seorang non muslim ketika mempelajari islam dengan kebebasan
intelektualnya berhasil menemukan kebenaran islam lalu ketika dia masuk islam
dia justru dijauhkan atau menjauhkan diri dari potensi intelektualnya akibat ajakan mayoritas ulamanya sehingga dia
tersesat dalam mengamalkan ajaran islam. Ketika dia awalnya membantah alquran dengan potensi intelektualnya sehingga secara
tidak sadar menuntunnya kepada kebenaran Alquran tapi ketika dia sudah masuk
islam dia justru dijauhkan dari Alquran karena dilarang mengkaji Alquran dari
aspek ilmiah oleh mayoritas ulama.
Jika sudah terjadi demikian, lalu siapa sebenarnya yang ingin
menghancurkan islam ??..
Membuktikan keberadaan Tuhan dari sisi spiritual manusia.
Mental Manusia
bisa dilihat dari 3 aspek: intelektual, emosional dan spiritual. Umumnya
masyarakat atheis hanya mengakui dua saja: intelektual dan emosional. Mereka menyangkal
kalau manusia membutuhkan aspek
spiritual. Bagi mereka manusia ibarat mesin biologis organik yang bergerak dan
hidup mengikuti sifat-sifat biologis dan mengingkari faktor-faktor ghaib dalam
diri manusia sebagai aspek spiritual. Tapi sisi spiritual dalam diri manusia
bisa dibuktikan, tidak peduli seberapa hebat pun kesombongan yang ada dalam
diri manusia aspek spiritual harus ada jika manusia ingin tetap hidup sebagai
manusia normal.........bahkan manusia megalomaniak sehebat firaun saja masih
sanggup menyatakan keimanannya pada saat kematiannya.......... (bersambung).
Memahami Alquran Harus Menggunakan Metode Berpikir Logis Dan
Rasional.
Kenapa Alquran
diturunkan dengan bahasa arab ?. pertanyaan tersebut menjadi alasan kuat bagi
sebagian besar ulama untuk memonopoli pengkajian alquran hanya dalam sudut
pandang budaya, penafsiran secara literal dan tekstual dari bahasa arab saja. Mari kita lihat apa
alasan Allah menurunkan nya dalam bahasa arab :
1.
QS. Yusuf, 2 :
Alquran diturunkan dalam bahasa arab agar pembaca menggunakan potensi akal
budinya.
2.
QS. Nahl, 103 ;
untuk membantah tuduhan bahwa muhammad menjiplak Alquran dari kitab-kitab
terdahulu.
3.
QS. Thaaha, 113
: sebagai bahan pengajaran
4.
QS. Az-zumar,
28 : agar penjelasan dalam Alquran tidak bisa menimbulkan kerancuan dan bias.
5.
QS. Fusshillat,
3: agar Alquran mudah dipelajari bagi kaum cendikiawan.
6.
QS. Fusshillat,
44: bahasa arab begitu kaya akan kosa kata dan rumitnya tata bahasanya sehingga
sanggup menjelaskan informasi yang sulit tanpa menimbulkan bias informasi.
7.
QS. Az-Zukhruf,
3 : sama dengan poin pertama, Alquran diturunkan dalam bahasa arab agar pembaca
menggunakan potensi akal budinya.
Lalu muncul pertanyaan selanjutnya, apakah hanya pengkajian alquran
hanya dimonopoli oleh budaya arab dan masyarakat yg berbahasa arab saja. Sekarang
mari kita lihat bagaimana metode mengkaji untuk memahami Alquran menurut Allah
SWT :...................(bersambung).
siapa pun diantara anda yg ingin menuduh saya sesat karena mengolah Alquran dengan metode logika dan rasionalisme. coba anda jawab pertanyaan ini:
kenapa sampai sekarang umat islam tidak bisa melepaskan diri mereka dari masalah krusial yg sedang melanda umat islam zaman sekarang: kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, terjajah?? (jangan katakan ini ulah orang kafir, karena islam dirancang Allah SWT untuk menjadi solusi bagi dunia dalam kondisi apa pun bahkan ketika umat islam diserang atau ketika dijajah dan Allah SWT merancang musuh-musuh islam dari kalangan orang kafir sebagai ujian dan cobaan bagi umat islam).
kalau anda masih bingung akan pertanyaan saya, saya beri perumpamaan : jika ada seorang Tua(ulama) meninggalkan seorang anak kecil yg masih lugu( umat islam) tanpa perlindungan dan senjata(IPTEK) di tengah hutan( hingar-bingar dunia dengan segala kemajuannya ) lalu anak kecil tadi diserang oleh sekawanan singa ganas(musuh-musuh islam) yang kelaparan. siapa pihak yg paling bisa disalahkan akan tewasnya anak kecil tadi?? selamat menjawab.